"Dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus" (Efesus 5:21)
Kerendahan hati adalah dasar dari sebuah pernikahan yang berbahagia. Merendahkan hati adalah dengan sukarela mengangkat orang lain di atas diri kita sendiri untuk melayaninya. Suami-istri hendaknya saling merendahkan diri, saling mengangkat dan saling melayani. Paulus memulai suatu diskusi tentang tanggung jawab pernikahan setelah dia menyatakan prinsip-prinsip umum tentang merendahkan diri.
Didalam hubungan pernikahan, kerendahan hati membuat dua pribadi bisa berfungsi sebagai satu tubuh, saling melengkapi dan bukannya saling bersaing. Efesus 5:21-23 menunjukkan bagaimana Yesus telah menjadi model bagi tanggung jawab seorang suami dan istri. Yesus telah merendahkan diri dan taat kepada Bapa dan melepaskan segala hak yang DIA punya.... yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,...(Filipi 2:6). Begitu juga, hendaknya sang istri taat dan merendahkan diri kepada suaminya. Hai istri-istri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya didalam Tuhan. (Kolose 3:18)
Kerendahan hati yang sejati menurut Alkitab adalah merupakan kesukaan sang wanita yang kreatif yang berusaha menemukan bagaimana dia bisa menunjukkan kepada suaminya bahwa dia menghormati, mengagumi dan bergantung padanya. Ini berarti bahwa sang istri akan menjadi lebih tertarik kepada kebutuhan suaminya daripada kebutuhannya sendiri.
Ketaatan dan kerendahan hati sang istri pada suaminya bisa terlihat dengan baik ketika dia mendorong peran kepemimpinan sang suami dan tidak pernah berusaha untuk menghancurkan, memudarkan dan melemahkan atau menguranginya. (lw)
Tuhan Yesus Memberkati.